Monday, May 20, 2013

KITAB TENTANG WAKTU SHALAT

BAB
NO
KITAB TENTANG WAKTU SHALAT
1
Keutamaan mengerjakan shalat tepat pada waktunya

325.
Diriwayatkan dari Abu Mas’ud Al-Anshariy r.a, bahwa dia menemui Al-Mughirah bin Syu’bah yang pada suatu hari ketika berada di Irak, Al-Mughirah pernah mengakhirkan shalat. Abu Mas’ud mengatakan kepada Al-Mughirah : “Mengapa ini kau lakukan, hai Mughirah!? Bukankah kau sudah mengerti bahwa Jibril a.s datang untuk mengerjakan shalat Subuh, maka Rasulullah s.a.w pun mengerjakan shalat Subuh begitu tiba waktunya, kemudian Jibril a.s mengerjakan shalat Zhuhur begitu tiba waktunya, lalu Jibril mengerjakan shalat Asar, maka Rasulullah s.a.w pun mengerjakan shalat Asar begitu tiba waktunya, kemudian Jibril a.s mengerjakan shalat Maghrib begitu tiba waktunya, lalu Jibril a.s mengerjakan salat Isya, maka Rasulullah s.a.w pun mengerjakan shalat Isya begitu tiba waktunya? Setelah itu Jibril a.s mengatakan : ‘Aku diperintahkan untuk mengajarkan shalat seperti ini’.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 521)
2
Shalat sebagai kaffarah (penebus dosa)

326.
Diriwayatkan dari Hudzaifah r.a, dia berkata : Kami pernah duduk bersama Umar r.a, kemudian dia bertanya : “Siapa salah seorang di antara kalian yang hafal sabda Rasulullah s.a.w tentang fitnah?” Saya (Hudzaifah) menjawab : “Saya hafal sabda Rasulullah s.a.w itu”. Lanjut Umar : “Kamu benar-benar tegas dan tegar”. Saya menuturkan sabda Rasulullah s.a.w,  “Fitnah seseorang dalam urusan isterinya, hartanya, anaknya dan tetangganya bisa dilebur oleh shalat, puasa, zakat/sedekah, amar ma’ruf dan nahi munkar”. Kata Umar r.a. : “Bukan fitnah itu yang saya maksudkan, melainkan fitnah yang sedahsyat gelombang lautan”. Kata Hudzaifah : “Wahai Amirul mukminin! Anda tidak perlu gusar dengan fitnah tersebut, karena antara Anda dengan fitnah tersebut terdapat pintu yang terkunci”. Umar r.a bertanya : “Apakah pintu tersebut akan rusak atau terbuka?” Hudzaifah menjawab : “Ya”. Umar r.a berkata : Kalau pintu tersebut rusak maka selamanya tidak akan bisa terkunci lagi”. Hudzaifah ditanya oleh seseorang : “Apakah Umar mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan pintu itu?” Hudzaifah menjawab : “Ya, dia tahu sebagaimana dia mengetahui bahwa sebelum pagi ada malam. Saya menyampaikan kepadanya suatu hadits yang dia tidak salah dalam memahaminya”. Hudzaifah ditanya lagi : “Siapa yang dilambangkan dengan pintu tersebut?” Hudzaifah menjawab : “Umar.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 525)
327.
Diriwayatkan dari Abdullah bin mas’ud r.a, bahwa ada seorang laki-laki mencium seorang perempuan, kemudian laki-laki itu datang kepada Nabi s.a.w untuk menuturkan dosa yang telah diperbuatnya itu, maka Allah menurunkan ayat (yang artinya) : “Dirikanlah shalat pada kedua ujung siang dan pada permulaan malam. Sesungguhnya perbuatan yang baik bisa menghapus perbuatan dosa” (Al-Qur’an, surat Huud : 114). Laki-laki itu bertanya : Ya Rasulullah! Apakah ayat ini juga berlaku untuk saya?” Rasulullah s.a.w menjawab : “Untuk semua umatku.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 526)
3


328.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a, dia berkata : Saya pernah bertanya kepada Nabi s.a.w, “Apa perbuatan yang paling disukai oleh Allah?” Rasulullah s.a.w menjawab, “Shalat tepat pada waktunya”. Abdullah bin Mas’ud bertanya lagi, “Berikutnya apa?” Rasulullah s.a.w menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua”. Abdullah bin Mas’ud brtanya lagi, “Selanjutnya apa?” Rasulullah s.a.w menjawab, “Berjihad di jalan Allah”. Kata Abdullah bin Mas’ud : Semua itu dituturkan kepada saya oleh Rasulullah s.a.w. Seandainya saya terus bertanya, niscaya Rasulullah s.a.w juga akan terus menjawab.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 527)
4
Shalat lima waktu adalah kaffarah (pelebur dosa)

330.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda : “Jika ada suatu sungai di depan rumah seseorang yang di situ dia mandi lima kali dalam sehari, masihkah ada kotoran pada dirinya?” Para sahabat menjawab : “Tidak ada sedikitpun kotoran yang tersisa pada dirinya”. Rasulullah s.a.w melanjutkan sabdanya : “Begitulah perumpamaan shalat lima waktu yang dengannya Allah menghapus dosa orang yang mengerjakannya.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 528)
5
Orang yang sedang melaksanakan shalat itu bercakap lirih menghadap Tuhannya

331.
Diriwayatkan dari Anas r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah bersabda : “Sempurna-kanlah sujudmu, jangan menyentuhkan kedua hasta pada tanah. Apabila orang yang sedang melaksanakan shalat terpaksa ingin meludah, janganlah dia meludah ke depan atau ke kanan, karena dia sedang bercakap lirih dengan Tuhannya.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 532)
6
Menunggu cuaca sedikit teduh untuk melaksanakan shalat Zhuhur dalam musim panas

332.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah bersabda : “Apabila cuaca sangat panas, tangguhkan sebentar pelaksanaan shalat Zhuhur, karena udara panas yang sangat menyengat itu berasal dari uap neraka. Api neraka mengadu kepada Tuhannya : “Ya Tuhan! bagian-bagian kami saling menghan-curkan”. Maka Allah mengizinkan untuk melakukan dua kali hembusan, sekali hembusan pada musim dingin dan sekali hembusan pada musim panas. Hembusannya pada musim panas adalah cuaca panas yang kau rasakan paling menyengat, dan hembusannya pada musim dingin adalah cuaca dingin yang kau rasakan paling mencekam.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 536, 537)
333.
Diriwayatkan dari Abu Dzarr Al-Ghifariy r.a, dia berkata : Kami pernah menyertai Nabi s.a.w dalam suatu perjalanan, kemudian muazzin akan menyerukan azan Zhuhur, namun Nabi s.a.w bersabda, “Tunggulah sampai cuaca agak teduh”. Muazzin tersebut kembali akan menyherukan azan Zhuhur, namun nabi s.a.w bersabda lagi, “Tunggulah sampai kita melihat bayangan bukit.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 535)
7
Waktu shalat Zhuhur adalah setelah matahari condong sedikit ke barat

334.
Diriwayatkan dari Anas r.a, bahwa suatu ketika Rasulullah s.a.w keluar menuju ke masjid ketika matahari condong sedikit ke barat untuk melaksanakan shalat Zhuhur. Setelah itu beliau berdiri di atas mimbar. Beliau menuturkan tentang hari kiamat. Beliau menyebutkan bahwa pada hari kiamat nanti terdapat berbagai kesulitan yang amat dahsyat. Nabi s.a.w mengatakan : “Siapa saja yang ingin menanyakan sesuatu, tanyakanlah! Apapun yang kalian tanyakan akan aku jawab selama aku masih berdiri di tempat ini”. Banyak orang menangis, Rasulullah s.a.w mengulang-ulang ucapannya : “Bertanyalah kepadaku!” Kemudian Abdullah bin Hudzafah As-Sahmiy berdiri sambil bertanya : “Siapa ayah saya?” Rasulullah s.a.w menjawab : “Ayahmu adalah Hudzafah”. Rasulullah s.a.w terus mengulang-ulang ucapannya : “Bertanyalah kepadaku!” Kemudian Umar bertanya di hadapan Rasulullah s.a.w dengan mengucapkan : “Kami rela bahwa Allah adalah Tuhan kami, dan Muhammad adalah nabi kami”. Rasulullah s.a.w diam sesaat, kemudian beliau bersabda : “Baru saja surga dan neraka diperlihatkan kepadaku di dinding ini. Aku tidak pernah melihat apapun seindah/sebaik surga dan sejelek/sengeri neraka”. Hadits yang semakna dengan ini sudah disebutkan di muka pada kitab tentang ilmu yang diriwayatkan dari Abu Musa, hanya saja pada riwayat ini ada penambahan dan perbedaan lafal.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 540)
335.
Diriwayatkan dari Abu Barzah r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w biasa melaksanakan shalat Subuh dengan membaca 60 hingga 100 ayat Al-Qur’an yang ketika itu seseorang bisa mengenali orang yang ada di sampingnya (yakni tidak terlalu gelap). Rasulullah s.a.w melaksanakan shalat Zhuhur ketika matahari condong sedikit ke barat. Rasulullah s.a.w melaksanakan shalat Asar dalam waktu kira-kira seseorang pergi ke bagian Madinah yang terjauh lalu pulang kembali, sementara matahari masih terasa panas. Perawi hadits lupa tentang batasan waktu shalat Maghrib yang biasa dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w tidak keberatan menunda pelaksanaan shalat Isya hingga 1/3 malam atau ½ malam yang pertama.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 541)
8
Mengakhirkan shalat Zhuhur hingga waktu Asar

336.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a, bahwa Nabi s.a.w ketika di Madinah pernah mengerjakan shalat delapan rakaat untuk Zhuhur dan Asar, serta tujuh rakaat untuk Maghrib dan Isya.1
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 543)
9
Waktu shalat Asar

337.
Hadits yang diriwayatkan dari Abu Barzah r.a di muka (nomor hadits : 335), sudah menuturkan tentang waktu shalat. Hanya saja dalam riwayat ini perawi menuturkan mengenai Shalat Isya bahwa Rasulullah s.a.w tidak suka tidur sebelum melakukan shalat Isya dan tidak suka berbincang-bincang sesudah shalat Isya.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 541)
338.
Diriwayatkan dari Anas r.a, dia berkata : Kami melakukan shalat Asar, kemudian ada seseorang yang pergi ke suku Amru bin Auf mendapati mereka juga sedang melakukan salat Asar.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 548)
339..
Diriwayatkan dari Anas r.a, dia berkata : Biasanya Rasulullah s.a.w mengerjakan shalat Asar ketika matahari masih terasa panas. Kemudian ada seseorang pergi ke Al-‘Awaliy (seusai shalat Asar), dia tiba di sana ketika matahari masih agak tinggi, sedangkan jarak antara Al-‘Awaliy dengan Madinah kira-kira 4 mil.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 550)
10
Orang yang kehilangan shalat Asar

340.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda : “Orang yang kehilangan shalat Asar bagaikan orang yang kehilangan keluarga dan harta kekayaannya.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 552)
11
Orang yang tidak mengerjakan shalat Asar

341.
Diriwayatkan dari Buraidah r.a, bahwa dia mengatakan kepada kaum muslimin ketika cuaca berawan : Kerjakanlah shalat Asar di awal waktu, karena Nabi s.a.w pernah bersabda, “Orang yang meninggalkan shalat Asar, hilanglah semua amal baiknya.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 553)
12
Keutamaan shalat Asar

342.
Diriwayatkan dari Jarir r.a, dia berkata : Suatu ketika kami bersama Nabi s.a.w, kemudian pada suatu malam beliau melihat bulan purnama, lalu beliau bersabda: “Kalian kelak akan melihat Tuhan sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini, tanpa ada sesuatu yang menghalangi penglihatan kalian. Karena itu, jangan sampai kalian lewatkan shalat sebelum matahari terbit (shalat Subuh) dan shalat sebelum matahari terbenam (shalat Asar)”. Kemudian Rasulullah s.a.w membaca ayat (yang artinya) : “... dan bertasbihlah dengan meuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam.” (Al-Qur’an surat Qaaf : 39).
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 554)
343.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda : “Para malaikat datang kepada kalian secara bergantian malam dan siang. Mereka berkumpul pada waktu shalat subuh dan shalat Asar. Mereka yang sudah selesai bertugas, naik ke langit, kemudian mereka ditanya oleh Allah meskipun Allah lebih tahu daripada mereka, ‘Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kalian tinggalkan?’ Mereka menjawab, ‘Kami meninggalkan hamba-hamba-Mu ketika mereka sedang mengerjakan shalat dan ketika kami mendatangi hamba-hamba-Mu, mereka sedang mengerjakan shalat’.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 555)

13
Orang yang mengerjakan shalat Asar baru mendapat satu rakaat, matahari terbenam

344.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Apabila salah seorang dari kamu mengerjakan shalat Asar lalu matahari terbenam ketika baru mendapat satu rakaat, hendaklah dia sempurnakan shalatnya, dan apabila salah seorang dari kamu mengerjakan shalat Subuh, lalu matahari terbit ketika baru mendapat satu rakaat, hendaklah ia menyempurnakan shalatnya.”2
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 556)
345.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa dia pernah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda : “Masa hidup kalian (umat Muhammad) dibanding dengan umat-umat terdahulu seperti waktu antara shalat Asar hingga terbenamnya matahari. Ahli Taurat telah diberi Taurat, kemudian mereka mengamalkannya hingga tengah hari, namun setelah itu mereka tidak mampu mengamalkannya. Ahli Injil telah diberi Injil, lalu mereka mengamalkannya hingga Asar, namun setelah itu mereka tidak mampu mengamalkannya. Masing-masing mereka diberi satu qirath.3 Kemudian kita diberi Al-Qur’an, lalu kita mengamalkannya hingga matahari terbenam, lalu kita diberi dua qirath. Ahli Taurat dan Ahli Injil mengadu : ‘Ya Tuhan! Engkau berikan dua qirath kepada umat Muhammad, sedangkan kami hanya Engkau beri satu qairath, padahal kami berbuat lebih banyak?’ Allah ‘Azza wa Jalla bertanya kepada mereka : ‘Apakah ada sedikitpun pahala kalian yang Aku kurangi?’ Mereka menjawab : ‘Tidak’. Allah Azza wa Jalla berfirman : ‘Itulah kemurahan-Ku yang Aku berikan kepada siapapun yang Aku kehendaki’.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 557)
14
Waktu Maghrib

346.
Diriwayatkan dari Rafi’ bin Khadij r.a, dia berkata : Biasanya kami melaksanakan shalat Maghrib bersama Nabi s.a.w, kemudian sepulang dari shalat salah seorang dari kami masih bisa melihat di mana tempat jatuhnya anak panahnya.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 559)
347.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a, dia berkata : Nabi s.a.w melaksanakan shalat Zhuhur pada tengah hari, shalat Asar ketika matahari masih bersinar agak terik, dan shalat Maghrib ketika matahari terbenam. Adapun shalat Isya waktunya tidak pasti. Apabila Rasulullah s.a.w melihat orang-orang sudah berkumpul, beliau segera melaksanakan shalat Isya, apabila orang-orang tidak segera berkkumpul, beliau menunda shalat Isya sampai orang-orang datang. Para sahabat atau Nabi s.a.w biasanya melaksanakan shalat Subuh ketika hari masih gelap.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 560)
15
Shalat Maghrib disebut shalat Isya adalah tidak disukai

348.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Al-Muzaniy r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah bersabda : “Janganlah kalian terpengaruh oleh orang-orang Arab pedalaman (Baduwi) yang menyebut shalat Maghrib dengan sebutan Isya.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 563)
16
Keutamaan shalat Isya

349.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, dia berkata : Pada suatu malam Rasulullah s.a.w tidak segera melaksanakan shalat Isya ketika Islam belum tersebar. Rasulullah s.a.w tidak kunjung datang ke masjid, sehingga Umar r.a mengatakan kepada Nabi s.a.w bahwa orang-orang perempuan dan anak-anak sudah tidur, kemudian Rasulullah s.a.w keluar menuju ke masjid, lalu beliau bersabda kepada orang-orang di masjid, “Tidak ada siapapun penghuni bumi yang menanti shalat Isya selain kalian.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 566)
350.
Diriwayatkan dari Abu Musa r.a, dia berkata : Suatu ketika saya dan orang-orang yang bersama saya dalam satu perahu mendarat di Baqi’ Buthhan, sementara Nabi s.a.w berada di Madinah. Setiap malam ada perwakilan dari kami untuk menemui Nabi s.a.w ketika shalat Isya. Suatu ketika, saya sendiri bersama beberapa orang teman saya menjadi wakil untuk menemui Nabi s.a.w yang ketika itu beliau sedang sibuk dengan suatu urusan, sehingga beliau tidak segera melaksanakan shalat Isya sampai tengah malam. Kemudian nabi s.a.w keluar ke masjid untuk mengimami orang-orang shalat Isya. Seusai shalat, beliau bersabda kepada orang-orang yang turut berjamaah, “Jangan beranjak dulu, ada kabar gembira. Di antara nikmal Allah yang diberikan kepada kalian adalah bahwa tidak ada orang yang melaksanakan shalat pada waktu seperti ini kecuali kalian”. Atau Rasulullah bersabda, “Pada saat ini tidak ada yang melaksanakan shalat kecuali kalian”. Perawi tidak ingat pasti yang mana salah satu dari dua kalimat tersebut yang disabdakan oleh Rasulullah s.a.w. Kata Abu Musa : Kemudian kami pulang dengan merasa senang setelah mendengar sabda Rasulullah s.a.w tersebut.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 567)
17
Tidur sebelum shalat Isya bagi orang yang mampu bangun untuk melaksanakannya

351.
Sudah disebutkan pada hadits di muka bahwa Rasulullah s.a.w pernah tidak segera melaksanakan shalat Isya sehingga Umar memanggil beliau. Dalam riwayat ini ada tambahan bahwa Aisyah mengatakan : Nabi s.a.w bersama para sahabat melaksanakan shalat Isya dalam waktu antara hilangnya mega merah hingga sepertiga malam yang pertama. Dalam sebuah riwayat, Abdullah bin Abbas r.a mengatakan : Kemudian Nabi s.a.w keluar ke masjid — seolah-olah sekarang saya masih melihatnya — dengan air yang menetes dari kepalanya sambil meletakkan telapak tangan di atas kepalanya, kemudian Nabi s.a.w bersabda, “Seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan umatku, tentu aku perintahkan mereka mengerjakan shalat Isya dalam waktu seperti ini.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 571)
352.
Abdullah bin Abbas r.a menuturkan bagaimana Nabi s.a.w meletakkan tangannya di atas kepalanya (seperti yang disebutkan dalam hadits nomor 351) : Perawi memperagakan hal itu dengan agak merenggangkan jari-jari tanggannya, kemudian dia letakkan ujung jari-jari tangannya pada pelipis kepalanya, lalu dia merapatkan jari-jari tangannya dengan bergeser sedikit sehingga ibu jari tangannya menyentuh ujung telinganya di atas pelipis dan menyentuh pula bagian jenggotnya dengan gerakan yang tidak lambat dan tidak cepat.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 571
18
Waktu shalat Isya hingga tengah malam

353.
Anas r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah s.a.w pernah menangguhkan pelaksanaan shalat Isya hingga tengah malam. Kata Anas : Saya milihat seakan ada lingkaran cahaya dari cincin Rasulullah s.a.w di malam itu.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 572)
19
Keutamaan shalat Subuh

354.
Diriwayatkan dari Abu Musa r.a bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda : “Siapa yang melaksanakan dua shalat yang dingin,3 maka dia akan masuk surga.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 574)
20
Waktu shalat Subuh

355.
Diriwayatkan dari Anas r.a bahwa Zaid bin Tsabit mengatakan kepadanya : “Para sahabat makan sahur bersama Nabi s.a.w, kemudian mereka melaksanakan shalat Subuh”. Saya bertanya : “Berapa jarak waktu antara makan sahur dengan shalat Subuh?” Zaid bin Tsabit menjawab : “Kira-kira bacaan 50 atau 60 ayat Al-Qur’an.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 577)
21
Shalat sunah sesudah shalat Subuh adalah setelah matahari agak meninggi sedikit

357.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a, dia berkata : Beberapa orang laki-laki yang baik bersaksi di dekat saya dan di antara mereka itu yang paling saya senangi adalah Umar : “Bahwa Nabi s.a.w melarang shalat sunah sesudah shalat Subuh hingga matahari agak meninggi sedikit, juga setelah shalat Asar hingga matahari terbenam.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 581)
358.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Janganlah kamu melaksanakan shalat sunah ketika matahari terbit dan ketika matahari terbenam.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 582)
359.
Abdullah bin Umar r.a mengatakan bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda : “Apabila busur tepian matahari mulai terbit, tangguhkan shalat sampai matahari agak meninggi sedikit, dan apabila busur tepian matahari mulai terbenam, tangguhkanlah shalat hingga matahari benar-benar terbenam seluruhnya.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 583)
360.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah s.a.w melarang dua macam jual beli dan dua macam pakaian, seperti hadits yang telah disebutkan di muka, sedangkan pada riwayat ini ada tambahan : ... Rasulullah s.a.w juga melarang dua macam shalat, yaitu shalat sunah sesudah shalat Subuh hingga matahari agak meninggi sedikit, dan shalat sunah setelah shalat Asar hingga matahari terbenam.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 584)
22
Tidak boleh shalat sunah sebelum matahari terbenam

361.
Diriwayatkan dari Mu’awiyah r.a, dia berkata : kalian mengerjakan shalat yang kami tidak pernah melihat Rasulullah s.a.w mengerjakannya selama kami menyertai beliau, sedangkan beliau melarang shalat tersebut, yaitu shalat sunah dua rakaat sesudah shalat Asar.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 587)
23
Mengqadha shalat yang terlewatkan dengan dilaksanakan sesudah shalat Asar

362.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, dia berkata : Demi Allah yang telah mewafatkan Rasulullah s.a.w! Rasulullah s.a.w tidak meninggalkan shalat dua rakaat sampai beliau wafat, dan beliau tidaklah wafat melainkan setelah tidak mampu shalat dengan berdiri, hingga beliau sering mengerjakan shalat dengan duduk. Dua rakaat tersebut maksud Aisyah adalah sesudah shalat Asar yang pernah dilakukan oleh Rasulullah s.a.w namun beliau tidak melaksanakannya di masjid karena khawatir akan memberatkan umatnya. Rasulullah s.a.w memang menyukai apa yang mudah bagi umatnya.5
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 590)
363.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, dia berkata : Shalat dua rakaat tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah s.a.w, baik dengan diam-diam maupun terang-terangan, yaitu dua rakaat sebelum shalat Subuh dan dua rakaat sesudah Asar.6
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 592)
24
Azan sesudah waktu shalat lewat

364.
Diriwayatkan dari Abu Qatadah r.a, dia berkata : Pada suatu malam kami menempuh perjalanan bersama Nabi s.a.w, sebagian orang mengatakn : “Ya Rasulullah! Sebaiknya kita beristirahat menjelang pagi ini”. Rasulullah s.a.w bersabda : “Aku khawatir kalian tidur nyenyak sehingga melewatkan shalat subuh”. Kata Bilal : “Saya akan membangunkan kalian”. Mereka semua akhirnya tidur, sementara Bilal menyandarkan punggungnya pada hewan tunggangannya, namun Bilal akhirnya tertidur juga. Nabi s.a.w bangun ketika busur tepian matahari sudah muncul. Kata Nabi s.a.w : “Hai Bilal! Mana bukti ucapanmu?!” Bilal menjawab : “Saya tidak pernah tidur sepulas malam ini”. Rasulullah s.a.w bersabda : “Sesungguhnya Allah mengambil nyawamu kapanpun Dia mau dan mengembalikannya kapanpun Dia mau. Hai Bilal! bangunlah dan suarakan azan”. Rasulullah s.a.w berwudhu, setelah matahari agak meninggi sedikit dan bersinar putih, Rasulullah s.a.w berdiri untuk melaksanakan shalat.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 595)
25
Mengimami shalat jamaah setelah lewat waktunya

365.
Diriwayatkan dari jabir bin Abdullah r.a, bahwa pada saat perang Khandaq, Umar bin Khaththab datang setelah matahari terbenam. Umar mencaci-maki orang-orang kafir Qurasy. Kata umar : “Ya Rasulullah! Saya hampir saja tidak melaksanakan shalat Asar sampai matahari hampir terbenam”. nabi s.a.w bersabda : “Demi Allah! Aku belum melaksanakan shalat Asar”. Kata Jabir : Kami pergi ke Buthhan, kemudian Nabi s.a.w berwudhu untuk shalat dan kami pun berwudhu, lalu Nabi s.a.w melaksanakan shalat Asar setelah matahari terbenam, setelah itu beliau melaksanakan shalat Maghrib.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 596)
26
Siapa yang lupa tidak shalat, segera laksanakan ketika ingat

366.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah bersabda : “Siapa yang lupa untuk melaksanakan shalat, maka laksanakanlah ketika ingat, tanpa kaffarah atas lupanya itu kecuali dengan mengerjakan shalat tersebut”. Kemudian Rasulullah s.a.w membaca ayat (yang artinya) : “... dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Al-Qur’an surat Thaahaa, ayat 14).
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 597)
27
Menunggu shalat senilai dengan shalat

367.
Diriwayatkan dari Anas r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Kalian dinilai sama dengan melaksanakan shalat pada saat kalian menunggu pelaksanaan shalat.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 600)
28
Membagikan makanan

368.
Telah disebutkan pada hadits terdahulu bahwa sertus tahun mendatang orang yang sekarang hidup ini sudah tidak ada lagi. Ada hadits lain yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa nabi s.a.w bersabda : “Orang yang hidup di muka bumi sekarang ini tidak ada seorang pun yang masih hidup, maksudnya, setelah berlalu satu abad.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 601)

369.
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abu Bakr r.a, bahwa para sahabat dari golongan Shuffah adalah-orang miskin. Berkaitan dengan kondisi mereka itu Nabi s.a.w bersabda : “Siapa yang memiliki makanan untuk dua orang harus mengundang seorang dari kelompok Shuffah, dan siapa yang memiliki makanan untuk 4 orang harus mengundang seorang atau 2 orang dari kelompok Shuffah. Abu Bakr mengundang 3 orang, sedangkan nabi s.a.w mengundang 10 orang”. Kata Abdurrahman : Saya, ayah dan ibu berada di rumah. Kata Perawi : Saya tidak ingat pasti apakah Abdurrahman juga mengatakan, Di rumah saya juga ada isteri saya dan seorang pembantu yang bekerja di rumah saya dengan merangkap di rumah Abu Bakr”. Abu Bakr makan malam bersama Nabi s.a.w dan dia tetap berada di rumah Nabi s.a.w sampai usai shalat Isya. Setelah shalat Isya, Abu Bakr duduk kembali bersama Nabi s.a.w, sampai Nabi s.a.w mengambil mekanannya. Abu Bakr pulang setelah lewat sebagian malam. Abu Bakr ditanya oleh isterinya, “Ada apa sehingga kau pulang terlambat, padahal para tamu yang kau undang sudah lama menunggumu?” Abu Bakr bertanya kepada isterinya, “Belumkah kamu menjamu para tamu itu?” Isterinya menjawab, “Makanan sudah dihidangkan sejak tadi, tetapi mereka menunggu sampai kamu datang, sehingga mereka tidak mau menyantap makanan itu”. Kata Abdurrahaman : Saya menyingkir untuk menghindar, lalu Abu Bakr memanggil saya, “Kemari kau, hai Ghuntsar!”7  Abu Bakr marah dan berkata dengan kasar kepada keluarganya, “Makanlah! Demi Allah! Saya tidak akan menyantap makanan ini”. Kata Abdurrahman : Demi Allah, setiap kali kami bersama para tamu mengambil makanan itu, maka saat itu pula makanan menjadi semakin banyak sehingga semuanya merasa kenyang bahkan makanan menjadi lebih banyak daripada sebelumnya. Ketika Abu Bakr melihat makanan itu menjadi semakin banyak, dia bertanya kepada isterinya, “Ada keajaiban apa ini?” Isterinya menjawab, “Memang, sayangku! Makanan kini menjadi tiga kali lipat lebih banyak”. Abu Bakr akhirnya turut mencicipi makanan tersebut dengan mengatakan, “Sumpah saya untuk tidak menyantap makanan ini adalah sumpah dari setan”. Setelah Abu Bakr mencicipi makanan itu, sisanya ia bawa kepada Nabi s.a.w untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Kami mengadakan perjanjian dengan sejumlah orang. Setelah perjanjian itu sudah lewat masanya, Nabi s.a.w membagi kami menjadi 12 kelompok dan masing-masing dipimpin oleh 1 orang. Hanya Allah Yang Maha Tahu berapa jumlah orang dalam tiap kelompok, kemudian mereka seluruhnya menyantap makanan tersebut.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 602)





1 Rakaat untuk dua kali shalat secara terpisah, yaitu dengan dua salam, begitu pula yang tujuh rakaat.
2 Yaitu dengan meneruskannya hingga jumlah rakaatnya sempurna.
3 Satu qirath sepadan dengan segunung uhud.
4 Yang satu adalah shalat Subuh, sedangkan satunya lagi adalah shalat selain Zhuhur dan Subuh dengan penafsiran yang berbeda-beda. Sebagian ulama menafsirkannya Subuh dan Asar.
5 dan 6 Jumhur ulama berpendapat bahwa shalat dua rakaat sesudah shalat Asar seperti yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a tersebut adalah sebagai pengganti (qadha) shalat sunah yang terlewatkan sebelumnya.
7 Kata yang kasar untuk memanggil seseorang.

0 komentar:

Post a Comment

Situs ini menerapkan “Dofollow Site Comment System”
Beri komentar sebanyak-banyaknya yang tentunya akan membawa manfaat pula bagi perkembangan blog/situs Anda. Namun komentar Anda harus dengan syarat :

1. Tidak mengandung Spam, SARA, Pornografi;
2. Komentar harus ada kaitannya dengan materi yang dibahas
dalam posting;
3. Tidak berisi link aktif di dalam badan komentar.

Selamat berkomentar dan semoga bermanfaat bagi perkembangan blog/situs Anda.

Terima kasih.