Monday, May 20, 2013

KITAB TENTANG SHALAT

BAB
NO
KITAB TENTANG SHALAT
1
Bagaimana shalat diwajibkan pada malam Isra’

228.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, dia berkata : Abu Dzaar menuturkan bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Ketika aku berada di Mekkah, atap rumahku terbuka, kemudian Jibril turun menemuiku, lalu dia membelah dadaku dan membasuhnya dengan air Zam Zam. Jibril membawa nampan emas berisi hikmah (kebijaksanaan) dan iman, lalu dia menuangkannya ke dalam dadaku, setelah itu dia menutup kembali dadaku. Kemudian Jibril memegang tanganku, lalu dia mengajakku naik ke langit yang terrendah. Sesampaiku di langit pertama, Jibril berkata kepada penjaga langit, ‘Bukakan pintu! Penjaga langit bertanya, ‘Siapa itu?’ Jibril menjawab, ‘Aku Jibril’. Tanya penjaga langit selanjutnya, ‘Apakah ada seseorang yang menyertaimu?’ Jibril menjawab, ‘Ya, aku bersama Muhammad s.a.w.’ Tanya penjaga langit, ‘Apakah Muhammad sudah diutus?’ Jibril menjawab, ‘Sudah’. Setelah penjaga itu membukakan pintu langit pertama, aku dan Jibril memasukinya, tiba-tiba di situ ada seorang laki-laki sedang duduk dengan banyak orang di sebelah kanannya dan di sebelah kirinya. Ketika seorang laki-laki itu melihatnya ke kanan dia tertawa, namun ketika dia melihat ke kiri dia menangis. Kata seorang laki-laki itu, ‘Selamat datang seorang nabi dan anakku yang baik!’ Aku bertanya kepada Jibril, ‘Siapa orang ini?’ Jibril menjawab, ‘Dia ini Adam, sedangkan di sebelah kanan dan kirinya adalah arwah anak cucunya. Mereka yang di sebelah kanannya adalah penghuni surga, sedangkan yang di sebelah kirinya adalah penghuni neraka, karena itu ketika dia melihat ke kanan dia tertawa dan ketika dia melihat ke kiri dia menangis’. Kemudian Jibril mengajakku naik lagi ke langit kedua. Kata Jibril kepada penjaga langit, ‘Bukakan pintu!’ Penjaga langit kedua bertanya kepada Jibril sebagaimana yang ditanyakan oleh penjaga langit pertama. Penjaga langit kedua pun membukakan pintu. Kata Anas : Rasulullah s.a.w menuturkan bahwa di langit beliau bertemu dengan Nabi Adam, Nabi Idris, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Ibrahim —semoga Allah selalu menambahkan rahmat-Nya kepada mereka— tanpa beliau jelaskan di langit ke berapa masing-masing mereka, namun beliau menuturkan bahwa beliau bertemu dengan Nabi Adam di langit terdekat/pertama dan bertemu Nabi Ibrahim di langit keenam. Kata Anas : Ketika Jibril bersama Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Idtris. Nabi Idris berkata, ‘Selamat datang, seorang nabi dan saudaraku yang baik!’ Aku tanyakan kepada Jibril, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Dia ini Idtris’. Kemudian aku bertemu dengan Musa. Dia mengucapkan, ‘Selamat datang seorang nabi dan saudaraku yang baik!’ Aku tanyakan kepada Jibril, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Dia ini Musa’. Kemudian aku bertemu dengan Isa, dia mengucapkan, ‘Selamat datang , seorang nabi dan saudaraku yang baik!’ Aku tanyakan kepada Jibril, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Dia Isa’. Kemudian aku bertemu dengan Ibrahim, dia mengucapkan, ‘Selamat datang, seorang nabi dan saudraku yang baik!’ Aku tanyakan kepada Jibril, ‘Siapa ini?’ Jibril menjawab, ‘Dia ini Ibrahim’.
Kata perawi : Ibnu Abbas dan Abu Habbah Al-Anshariy r.a mengatakan, Nabi s.a.w bersabda, ‘Kemudian aku dinaikkan lagi sehingga aku sampai di Mustawa yang di situ aku bisa mendengar bunyi guratan pena’. Kata Anas bin Malik : Nabi s.a.w bersabda, ‘Kemudian Allah mewajibkan kepada umatku 50 shalat, lalu aku pulang dengan membawa perintah tersebut. Ketika aku bertemu dengan Musa, dia bertanya, ‘Apa yang telah diwajibkan oleh Allah kepada umatmu?’ Aku menjawab, ‘Allah telah mewajibkan 50 Shalat’. Kata Musa, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu (untuk meminta pengurangan) karena umatmu tidak akan mampu melaksanakan itu’. Aku pun kembali menemui Allah untuk memohon pengurangan, lalu Allah mengurangi separuhnya. Aku kembali lagi bertemu Musa. Lalu aku bertahukan bahwa Allah telah mengurangi separuh dari 50 shalat. Kata Musa, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu lagi untuk memohon pengurangan, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya’. Aku pun kembali menemui Allah untuk memohon pengurangan, kemudian Allah mengurangi separuhnya lagi. Aku kembali bertemu Musa, lalu aku ceritakan bahwa Allah telah mengurangi separuhnya lagi. Kata Musa, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu lagi untuk memohon pengurangan, karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya’. Aku pun kembali lagi menemui Allah untuk memohon pengurangan, dan untuk kesekian kalinya Allah berfirman, ‘Perintah Shalat tinggal lima waktu, namun nilainya sebanding dengan shalat 50 waktu, karena ketetapan-Ku tidak akan berubah’. Aku kemudian kembali bertemu Musa lagi. Kata Musa, ‘Kembalilah kepada Tuhanmu lagi untuk memohon pengurangan!’ Aku katakan, ‘Aku merasa malu terhadap Tuhanku’. Setelah itu Jibril membawaku ke Sidtratul Muntaha yang diselimuti oleh berbagai warna yang tidak dapat aku jelaskan dengan kata-kata, kemudian aku disilahkan masuk ke surga, yang di dalamnya terdapat dinding-dinding dari permata dan tanahnya sewangi minyak kesturi’.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari, nomor hadits : 349)
229.
Diriwayatkan dari Aisyah, Ummul Mukminin r.a, dia berkata : ketika Allah pertama kali mewajibkan shalat. Allah menentukan masing-masing shalat dua rakaat, baik bagi orang yang tidak bepergian maupun bepergian, kemudian shalat dua rakaat tersebut ditetapkan sebagai qashar ketika bepergian, dan shalat bagi orang yang tidak bepergian ditambah jumlah rakaatnya.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 350)
2
Kewajiban shalat dengan berpakaian

230.
Diriwayatkan dari umar bin Abu Salamah r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah shalat dengan satu pakaian yang disilangkan antara dua ujungnya (agar menutupi kedua pundaknya).
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 354)
3
Shalat dengan satu pakaian yang menutupi seluruh tubuh

231.
Diriwayatkan dari Ummu Hani’ binti Abu Thalib r.a, dia berkata mengenai shalat Nabi s.a.w pada hari penaklukan Mekkah (sebagaimana hadits nomor 199 di muka).
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 353)
232.
Diriwayatkan dari Ummu Hani’ binti Abu Thalib r.a, tentang shalat Nabi s.a.w yang disebutkan dalam riwayat di muka. Kata Ummu Hani’ : Rasulullah s.a.w mengerjakan shalat 8 rakaat dengan menutup satu pakaian pada tubuhnya. Setelah beliau selesai, saya bertanya, “Ya Rasulullah! Saudara laki-laki saya mengatakan bahwa dia akan membunuh seorang laki-laki yang saya lindungi, yaitu si Fulan bin Hubayrah”. Rasulullah s.a.w bersabda : “Hai Ummu Hani’! Kami akan melindungi orang yang kamu lindungi”. Kata Ummu Hani’, “Peristiwa tersebut pada saat Dhuha (pagi sebelum tengah hari).”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 357)
233.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa seseorang bertanya kepada Rasulullah s.a.w mengenai shalat dengan satu pakaian, kemudian Rasulullah s.a.w menjawab : “Apakah setiap orang pasti memiliki dua pakaian?”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 358)
4
Jika seseorang shalat dengan satu pakaian, silangkanlah agar menutupi dua bahunya/pundaknya

234.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Seseorang tidak boleh shalat dengan satu pakaian yang kedua pundaknya tidak tertutup sama sekali”.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 359)
235.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Saya bersaksi bahwa saya pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Siapapun shalat dengan satu pakaian, silangkanlah antara kedua ujungnya (agar menutupi kedua bahunya)”.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 360)
5
Apabila pakaian yang dikenakan sempit

236.
Diriwayatkan dari jabir r.a, dia berkata : Saya pernah menyertai Nabi s.a.w dalam suatu perjalanan. Pada suatu malam saya menemui beliau untuk suatu keperluan, namun ketika itu saya mendapati beliau sedang melakukan shalat dan saya sedang mengenakan satu pakaian yang saya tutupkan ke tubuh saya, kemudian saya shalat di samping beliau. Setelah selesai, beliau bertanya, “hai Jabir! Ada perlu apa kamu datang ke sini?” Saya menuturkan keperluan saya kepada beliau. Setelah saya selesai bicara, Rasulullah s.a.w bertanya, “Pakaian apa yang aku lihat menutup tubuhmu?” Saya menjawab, “Ini pakaian sempit”. Sabda Rasulullah s.a.w, “Jika pakaianmu longgar tutupkanlah (pada kedua bahumu), dan jika pakaianmu sempit, sarungkanlah (pada pinggangmu).”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 361)
237.
Diriwayatkan dari Sahl r.a, dia berkata : Para lelaki shalat bersama Nabi s.a.w dengan melilitkan pakaian mereka pada leher mereka sebagaimana cara anak-anak berpakaian, kemudian dikatakan oleh Nabi s.a.w kepada para wanita, “Janganlah kalian mengangkat kepala sebelum para lelaki duduk tegak setelah sujud.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 362)
6
Shalat dengan berjubah buatan Syam/Syiria

238.
Diriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu’bah r.a, dia berkata : Saya pernah menyertai Nabi s.a.w dalam suatu perjalanan, lalu Rasulullah s.a.w bersabda, “Hai Mughirah! Ambilkan aku air dalam bejana!” Lalu saya pun mengambilnya, kemudian Rasulullah s.a.w pergi menjauh sehingga tidak terlihat oleh saya untuk buang hajat dengan mengenakan jubah Syiria. Rasulullah s.a.w ingin mengeluarkan tangannya dari lengan jubah itu tetapi tidak bisa karena sempit, sehingga beliau mengeluarkan tangannya dari bagian bawah jubah. Seusai buang hajat saya menuangkan air kepada beliau , lalu beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat dengan mengusapkan air pada sepasang khuffnya, kemudian beliau melakukan shalat.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 363)
7
Larangan telanjang ketika shalat

239.
Diriwayatkan dari jabir bin Abdullah r.a, dia berkata : Bahwa Rasulullah s.a.w pernah mengangkut batu untuk memperbaiki Ka’bah dengan mengenakan kain sarung bersama orang  banyak, lalu paman beliau, Abbas menyarankan : “Hai kemenakanku! Sebaiknya kau lepas saja kain sarungmu itu lalu lilitkan pada kedua pundakmu agar tidak mengganggumu ketika kau membawa batu”. Kata Jabir : Rasulullah s.a.w kemudian melepas kain sarungnya lalu beliau lilitkan pada kedua pundaknya, kemudian beliau jatuh sehingga pingsan. Setelah itu Rasulullah s.a.w tidak pernah lagi terlihat telanjang.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 364)
8
Menutup aurat

240.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w melarang menutupkan pakaian ke seluruh tubuh sehingga kedua tangan tidak bisa bergerak leluasa, juga melarang seseorang duduk dengan merangkul kedua lutut yang hanya berpakaian satu sehingga kemaluannya tampak.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 367)
241.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Nabi s.a.w melarang dua jual beli, 1) Jual beli dengan cara limas1 dan, 2) Jual beli anggur (atau bahan lain) yang sudah dijadikan minuman keras. Rasulullah s.a.w juga melarang seseorang menutup pakaian ke seluruh tubuh sehingg kedua tangannya tidak bisa bergerak leluasa, serta melarang seseorang yang hanya mengenakan satu pakaian duduk dengan merangkul kedua lutut sehingga kemaluannya terlihat.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 368)
242.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Abu Bakr r.a (sebagai ketua rombongan haji) menugasi saya bersama para petugas yang lain pada hari Nahr (10 Dzulhijjah sebelum haji wada’) untuk mengumumkan di Mina, “Setelah tahun ini orang musyrik tidak boleh berhaji dan orang yang telanjang tidak boleh tawaf di Baitullah.” Berikutnya Rasulullah s.a.w menugaskan Aliy untuk memberitahukan surat Al-Baraa’ah kepada kaum muslimin. Kata Abu Hurairah : Aliy bersama kami menyampaikan permberitahuan pada hari Nahr, “Setelah tahun ini orang musyrik tidak boleh berhaji dan orang yang telanjang tidak boleh tawaf di Baitullah.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 369)
9
Paha

243.
Diriwayatkan dari Anas r.a bahwa ketika Rasulullah s.a.w menyerang Khaybar, kami mengerjakan shalat Subuh di sana ketika cuaca masih gelap. Nabi s.a.w menunggang hewan tunggangannya, begitu pula Abu Thalhah, sedangkan saya dibonceng Abu Thalhah. Nabi s.a.w melawati lorong-lorong Khaybar, dan lutut saya menyentuh paha Nabi s.a.w. Kemudian beliau menutup kembali pahanya namun saya sempat melihat putihnya paha Nabi s.a.w. Ketika Nabi s.a.w memasuki perkampungan, beliau mengucapkan : “Allah Akbar! Hancurlah Khaybar. Seesungguhnya apabila kami memasuki halaman suatu kaum, maka sungguh sial pagi hari yang dialami oleh yang diperingatkan”. Rasulullah s.a.w mengulang ucapan itu tiga kali. Kata Anas : Orang-orang Khaybar mulai keluar menuju pencaharian mereka, tiba-tiba mereka berteriak, “Muhammad datang dengan pasukannya!” Kata Anas : Kami akhirnya menaklukan Khaybar dan para tawanan pun dikumpulkan. Dihyah mendatangi Nabi s.a.w. Kata Dihyah, “Wahai Nabi! Berilah saya seorang tawanan perempuan!” Nabi s.a.w menjawab, “Pergilah, ambil mana yang kau suka!” Dihyah memilih Shafiyyah binti Huyay. Kemudian ada seorang laki-laki melapor kepada Nabi s.a.w, “Wahai Nabi! Mengapa Anda berikan Shafiyyah binti Huyay kepada Dihyah, padahal Shafiyyah itu isteri pemimpin Bani Qurayzhah dan Bani Nadhir yang hanya layak Anda miliki sendiri?” Rasulullah s.a.w bersabda, “Panggil kemari Dihyah dan Shafiyyah!” Dihyah datang bersama Shafiyyah. Ketika Rasulullah s.a.w melihat Shafiyyah, beliau berkata kepada Dihyah, “Ambil tawanan perempuan selain Shafiyyah”. Kemudian beliau menikahinya dengan menjadikan pemerdekaan tersebut sebagai maskawinnya. Sementara Rasulullah s.a.w dalam perjalanan, Ummu Sulaym merias Shafiyyah, lalu pada malam harinya Ummu Sulaym mengantarkannya kepada Rasulullah s.a.w, sehingga keesokan harinya Rasulullah s.a.w menjadi pengantin. Rasulullah s.a.w bersabda, “Siapa yang memiliki makanan, bawalah kemari!” Rasulullah s.a.w membentangkan tikar kulit. Mulailah ada seorang yang datang membawa kurma, ada pula yang membawa mentega. Kata perawi : Saya kira yang dimaksud Anas adalah kue sawiq. Kata Anas : Orang-orang juga menyiapkan hays (jenis makanan yang bahannya dicampur dengan daging), dan berlangsunglah walimah pernikahan Rasulullah s.a.w.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 371)
10
Pakaian perempuan ketika shalat

244.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w mengerjakan shalat Subuh dengan disertai orang-orang perempuan yang beriman dengan mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh mereka, lalu mereka pulang ke rumah tanpa bisa dikenali oleh siapapun.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 372)
11
Orang yang shalat dengan pakaian bergambar

245.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, dia berkata : Suatu ketika Nabi s.a.w mengerjakan shalat dengan mengenakan pakaian khamishah yang bergambar. Beliau sempat melihat gambar tersebut di dalam shalat. Seusai shalat beliau bersabda : “Bawalah pakaian ini kepada Abu Jahm dan sebagai penggantinya bawakan untukku pakaian ambijaniyah2 milik Abu Jahm, karena pakaian yang bergambar ini membuatku tidak konsentrasi dalam shalatku.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 373)
12
Batalkah shalat orang yang pakaiannya bergambar salib atau gambar lainnya?

246.
Diriwayatkan dari Anas r.a. Aisyah memiliki kain qiram (wol tipis bergambar) yang dia pergunakan untuk tabir pada bagian rumahnya, lalu Nabi s.a.w besabda : “Singkirkan kain qiram itu, karena gambar-gambarnya mengganggu konsentrasiku dalam shalat.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 374)
13
Shalat dengan farruj (pakaian luar dengan model punggung terbuka) dari sutera, kemudian melepasnya

247.
Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir r.a, dia berkata : Nabi s.a.w mendapatkan hadiah farruj sutera, kemudian beliau memakainya untuk shalat. Seusai shalat beliau melepasnya dengan keras sepertinya beliau tidak menyukainya. Beliau bersabda, “pakaian ini tidak pantas bagi orang-orang yang bertaqwa.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 375)
14
Shalat dengan pakaian merah

248.
Diriwayatkan dari Abu Juhayfah r.a, dia berkata : Saya pernah melihat Rasulullah s.a.w berada di dalam tenda berwarna merah, saya juga melihat Bilal mengambil air sisa wudhu Rasulullah s.a.w. Saya melihat orang-orang berebut mendapatkan air tersebut. Orang yang bisa mendapatkan sedikit air, dia mengusapkannya pada tubuhnya, dan orang yang tidak berhasil memperoleh air itu hanya menyentuh tangan temannya yang basah. Kemudian saya melihat Bilal mengambil ‘azanah (tongkat yang ujungnya bercabang), lalu dia menancapkannya di tanah (sebagai pembatas dalam shalat). Nabi s.a.w keluar dengan mengenakan baju merah, kemudian beliau shalat dua rakaat mengimamai orang-orang dengan ‘azanah di depan beliau. Saya melihat orang-orang dan hewan lalu lalang di luar batas ‘azanah tersebut.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 376)
15
Shalat di atas atap, mimbar atau kayu

249.
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d r.a, bahwa dia pernah ditanya : “Terbuat dari apa mimbar Rasulullah s.a.w?” Sahl menjawab : “Tidak ada orang yang lebih tahu daripada saya tentang mimbar itu yang sekarang masih hidup. Mimbar tersebut dibuat dari kayu hutan pilihan yang dikerjakan oleh si Fulan budak si Fulanah, atas permintaan Rasulullah s.a.w. Setelah selesai pengerjaannya dan diletakkan pada tempatnya, Rasulullah s.a.w berdiri untuk shalat di atas mimbar itu dengan menghadap kiblat dan bertakbir, sementara orang-orang berdiri (shalat) di belakang beliau. Rasulullah s.a.w membaca surat Fatihah dan ayat-ayat lain, kemudian beliau ruku’, orang-orang pun turut ruku’ dibelakang beliau, kemudian beliau mengangkat kepala, lalu beliau mundur sedikit, kemudian beliau sujud di atas tanah, lalu beliau kembali lagi ke atas mimbar, kemudian beliau membaca surat Fatihah dan ayat-ayat lain, lalu beliau ruku’, kemudian beliau mengangkat kepala, lalu beliau mundur sedikit, sampai beliau bersujud di atas tanah. Begitulah tentang mimbar Rasulullah s.a.w.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 377)
16
Shalat di atas tikar dari daun kurma

250.
Diriwayatkan dari Anas bin malik r.a, bahwa neneknya, Mulaykah r.a pernah mengundang makan Rasulullah s.a.w dengan makanan yang dia masak sendiri. Rasulullah s.a.w memakan sebagian hidangan tersebut, kemudian beliau bersabda : “Berdirilah, aku akan mengimami kalian shalat”. Kata Anas : Saya berdiri untuk mengambil tikar dari daun kurma yang telah nampak agak hitam karena lamanya dipakai, kemudian saya mencucinya dengan air, lalu Rasulullah s.a.w berdiri di atas tikar itu, sementara saya dengan seorang anak yatim berdiri di belakang beliau, sedangkan nenek saya berdiri di belakang kami, lalu Rasulullah s.a.w mengimami kami shalat dua rakaat, setelah itu beliau pulang.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 380)
17
Shalat di atas tempat tidur

251.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, isteri Nabi s.a.w, dia berkata : Saya pernah tidur di hadapan Rasulullah s.a.w dengan posisi kedua kaki saya menghalangi kiblat beliau. Ketika Rasulullah s.a.w bersujud, beliau menyisihkan kaki saya lalu saya mengangkatnya. Ketika Rasulullah s.a.w berdiri, saya menjulurkan kaki saya lagi. Kata Aisyah : Ketika itu di rumah tidak ada cahaya lampu.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 382)
252.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, bahwa suatu ketika Rasulullah s.a.w shalat di atas tempat tidur saya, sedangkan saya ketika itu terbaring melintang bagai jenazah di antara beliau dengan kiblat.
18
Sujud di atas pakaian ketika cuaca sangat panas

253.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, dia berkata : Suatu ketika kami shalat dengan diimami oleh Nabi s.a.w dan salah seorang di antara kami menaruh ujung pakaiannya di tempat sujud (sebagai alas) karena cuaca sangat panas.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 385)
19
Shalat dengan beralas kaki (sandal atau sepatu)

254.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, bahwa dia pernah ditanya : “Pernahkah Nabi s.a.w shalat dengan memakai terompah?” Anas menjawab : “Ya, pernah.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 386)
20
Shalat dengan memakai khuff (kaos kaki kulit)

255.
Diriwayatkan dari Ibrahim bahwa Hammam bin Al-Harits mengatakan : Saya pernah melihat Jarir bin Abdullah kencing, setelah beristinja’ dia berwudhu dengan mengusapkan air pada sepasang khuffnya, lalu dia berdiri untuk melakukan shalat (tanpa melepas khuffnya). Kemudian dia ditanya mengenai wudhu dan shalat tersebut, lalu dia menjawab, “Saya pernah melihat Nabi s.a.w melakukan seperti ini”. Para ulama hadits merasa kagum dengan riwayat Jarir ini, karena walaupun Jarir termasuk orang yang masuk Islam periode akhir nmun dia sempat menyaksikan Nabi s.a.w berwudhu dan shalat dengan memakai khuff.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 387)

21
Menampakan ketiak ketika bersujud

256.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Malik bin Buhaynah r.a, bahwa ketika Nabi s.a.w bersujud dalam shalat, beliau merenggangkan kedua tangannya sehingga ketiaknya yang putih tampak.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 390)
22
Keutamaan menghadap kiblat dalam shalat

257.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w pernah bersabda, “Siapa yang shalat seperti kami dengan menghadap ke kiblat kami dan makan binatang dengan disembelih seperti cara kami, maka dia adalah seorang muslim yang berada dalam perlindungan Allah dan perlindungan Rasul-Nya, maka janganlah kalian mengkhianati Allah dengan mengkhianati orang dalam perlindungan-Nya.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 391)
23
Firman Allah : “Jadikanlah makam Ibrahim sebagai tempat shalat”

258.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, bahwa dia pernah ditanya mengenai orang yang sudah melakukan tawaf umrah namun dia belum melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah, bolehkah orang tersebut melakukan persetubuhan? Ibnu Umar menjawab : “Ketika Nabi s.a.w tiba di Mekkah, beliau melakukan tawaf di Baitullah tujuh kali putaran, kemudian beliau mengerjakan shalat dua rakaat di belakang makam Ibrahim, lalu beliau melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah, sedangkan pada diri Rasulullah s.a.w itu terdapat teladan yang baik bagi kalian (maksudnya : tidak boleh bersetubuh sebelum selesai mengerjakan sa’i).”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 395)
259.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Ketika Nabi s.a.w memasuki Baitullah, beliau berdo’a pada tiap-tiap sudutnya dan beliau tidak melakukan shalat sehingga beliau keluar dari Ka’bah. Setelah beliau keluar, beliau mengerjakan shalat dua rakaat dengan menghadap Ka’bah dan bersabda, “Ini adalah kiblat.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 398)
24
Menghadap ke kiblat di manapun seseorang sedang shalat

260.
Diriwayatkan dari Al-Barra’ r.a, dia berkata : Rasulullah s.a.w shalat menghadap ke Bait Al-Maqdis selama 16 atau 17 bulan (sebelum turunnya ayat yang berisi perintah menghadap ke Ka’bah). Ada perbedaan lafal antara hadits ini dengan hadits sebelumnya yang isinya sama.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 399)
261.
Diriwayatkan dari Jabir r.a, dia berkata : Ketika di atas kendaraan, Rasulullah s.a.w mengerjakan shalat sunah dengan menghadap ke arah manapun sesuai dengan arah yang dituju oleh kendaraannya. Apabila beliau hendak melakukan shalat fardhu, beliau turun, kemudian beliau shalat dengan menghadap kiblat.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 400)
262.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a, dia berkata : Suatu ketika Nabi s.a.w shalat. Pada riwayat lain Ibrahim menuturkan dari Al-Qamah, dari Abdullah bin Mas’ud. Kata Abdullah bin Mas’ud : Saya tidak tahun apakah Nabi s.a.w ketika itu menambah ataukah mengurangi shalatnya. Setelah salam, Rasulullah s.a.w ditanya, “Ya Rasulullah! Apakah ada ketentuan baru mengenai shalat?” Rasulullah s.a.w bertanya, “Apa maksudnya?” Para sahabat mengatakan, “Tadi Anda shalat begini dan begini, tidak seperti biasanya”. Kemudian Rasulullah s.a.w menekukkan kedua kakinya dengan menghadap ke kiblat, lalu beliau bersujud sahwi dua kali, setelah itu beliau melakukan salam. Ketika Rasulullah s.a.w menghadapkan wajahnya ke arah kami sesudah salam, beliau bersabda, “Kalau ada ketentuan baru mengenai shalat niscaya aku beritahukan kepada kalian, tetapi aku ini manusia seperti kalian, aku juga pernah lupa sebagaimana kalian. Karena itu jika aku lupa, maka ingatkanlah aku. Apabila seorang ragu-ragu (tentang hitungan rakaat atau rukun-rukun yang telah dilakukan) di dalam shalat, hendaklah ia memastikan apa yang dia anggap benar,3 lalu hendaklah ia menyempurnakan apa yang dia anggap kurang, kemudian melakukan salam dan bersujud sahwi dua kali.4
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 401)
25
Ayat tentang kiblat dan makam Ibrahim, serta tidak menghadap kiblat ketika shalat

263.
Diriwayatkan dari Umar r.a, dia berkata : Tiga harapan saya diperkenankan oleh Tuhan : 1) Saya pernah mengusulkan, “Ya Rasulullah! Sebaiknya makam Ibrahim kita jadikan sebagai tempat shalat”. Maka turunlah ayat (yang artinya), ‘Dan jadikanlah makam Ibrahim sebagai tempat shalat (sunat dua rakaat saat tawaf)’ (Al-Qur’an surat Al-Baqarah : 125). 2) Ayat hijab. Saya pernah mengusulkan, “Ya Rasulullah! Sebaiknya Anda perintahkan isteri-isteri Anda semua memakai hijab, karena laki-laki yang berbicara dengan isteri-isteri Anda ada yang baik dan ada yang jahat. Maka turunlah ayat tentang hijab”. 3) Suatu ketika para isteri Nabi s.a.w bersekongkol untuk menentang beliau, kemudian saya berkata kepada mereka, “jika Nabi s.a.w menceraikan kalian, semoga Allah memberi beliau isteri-isteri pengganti yang lebih baik daripada kalian”. Maka turunlah ayat yang bunyinya seperti itu (di dalam surat At-Tahrim, ayat 5)
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 402)
26
Membuang ingus/dahak dari masjid dengan tangan

264.
Diriwayatkan dari Anas r.a, bahwa suatu ketika Nabi s.a.w melihat ludah/ingus/ dahak di arah kiblat pada dinding masjid, hal itu membuat beliau tidak senang sehingga raut wajahnya tampak berubah. Kemudian beliau berdiri lalu membuang dahak/ludah/ingus tersebut dengan tangan beliau sendiri. Beliau bersabda : “Sesungguhnya seseorang yang berdiri dalam shalat itu sedang berbicara dengan Tuhannya dan Tuhannya berada di antara orang yang shalat tersebut dan kiblat (Tuhannya berada di depan orang yang shalat), karena itu dia tidak boleh meludah ke arah kiblat, tetapi jika terpaksa, meludahlah ke arah kiri atau di bawah telapak kaki (saat itu lantai masjid berupa tanah biasa). Atau jika terpaksa meludahlah sebagai berikut : Rasulullah s.a.w memperagakan dengan memegang ujung pakaian itu, lalu beliau melipat lipatnya.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 405)
27
Tidak boleh meludah ke kanan ketika shalat

265.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a dan Abu Sa’id r.a. Sama dengan hadits sebelumnya tentang meludah di masjid, namun ada lanjutannya sebagai berikut : “... dan janganlah meludah ke araha kanan.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 410)
28
Kaffarat meludah di masjid

266.
Diriwayatkan dari Anas r.a, dia berkata : Nabi s.a.w pernah bersabda, “Meludah di masjid adalah perbuatan dosa dan kaffaratnya (dendanya) adalah menguruk ludah tersebut (maksudnya membuangnya).”5
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 415)
29
Nasihat untuk menyempurnakan shalat dan mengingatkan tentang kiblat

267.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda kepada peserta shalat jamaah : “Apakah karena aku menghadap kiblat lalu kalian mengira aku tidak bisa melihat kalian? Demi Allah! Aku mengetahui kekhusyu’an shalat kalian, karena aku bisa melihat kalian meskipun kalian berada di belakangku.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 418)
30
Bolehkah menyebut : “Ini masjid suku anu”

268.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa Rasulullah s.a.w pernah menganjurkan penyelenggaraan pacuan kuda. Kuda-kuda yang terlatih menempuh jarak dari Al-Hafya menuju Tsaniyyatul Wada’, sedangkan kuda-kuda yang tidak terlatih menempuh jarak dari Tsaniyyah menuju masjid suku Zuraiq. Ketika itu Abdullah bin Umar turut dalam pacuan kuda tersebut.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 420)
31
Membagikan harta dan menggantungkan tandan kurma di masjid

269.
Diriwayatkan dari Anas r.a, dia berkata : Sejumlah harta dari Bahrain diterimakan kepada Nabi s.a.w, kemudian beliau bersabda, “Bagikanlah harta itu di masjid”. Harta tersebut terhitung paling banyak dibanding dengan harta lain yang pernah diterimakan kepada Nabi s.a.w. Kemudian Rasulullah s.a.w keluar untuk melakukan shalat tanpa menoleh kepada harta itu. Seusai shalat beliau mendekat dan duduk di samping harta itu. Setiap orang yang beliau lihat di masjid itu beliau beri jatah dari pembagian harta tersebut. Tiba-tiba Abbas datang, kemudian dia berkata, “Ya Rasulullah! Berilah saya jatah, karena saya baru saja mengeluarkan uang untuk membayar tebusan diri saya dan Aqil”. Rasulullah s.a.w menjawab, “Silahkan ambil!” Abbas kemudian meletakkan harta yang diambilnya di dalam pakaiannya lalu dia hendak mengangkatnya untuk dibawa namun dia tidak kuat. Kata Abbas, “Ya Rasulullah! Suruhlah seseorang untuk membantu saya!” Rasulullah s.a.w menjawab, “Tidak usah. Angkat saja sendiri!” Kata Abbas, “Kalau begitu Anda saja yang membantu saya untuk mengangkat harta ini ke atas pundak saya!” Rasulullah s.a.w menjawab, “Tidak usah!”. Kemudian Abbas mengurangi harta itu, sehingga dia mampu mengangkatnya sendiri dengan diletakkan di atas pundaknya, lalu dia membawa pergi harta itu. Pandangan Rasulullah s.a.w selalu mengikuti kepergian Abbas sehingga dia tidak terlihat oleh kami. Rasulullah s.a.w merasa heran dengan kerakusan Abbas. Rasulullah s.a.w tidak beranjak dari tempat itu sampai kepingan mata uang terakhir habis dibagikan.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 421)
32
Tempat shalat di dalam rumah

270.
Diriwayatkan dari Mahmud bin Ar-Rabi’ Al-Anshariy r.a, bahwa Itban bin Malik ― seorang sahabat Rasulullah s.a.w dan termasuk kaum Anshar yang turut dalam perang Badr ― datang kepada Rasulullah s.a.w, kemudian dia berkata : “Ya Rasulullah! Saya menjadi imam shalat di kampung saya, tetapi penglihatan saya sudah tidak normal. Ketika hujan turun dengan deras, saya tidak bisa datang ke masjid untuk mengimami shalat karena terhalang oleh banjir. Karena itu, saya mohon agar Anda berkenan datang ke rumah saya untuk shalat, lalu tempat yang Anda pergunakan untuk shalat di dalam rumah saya itu akan saya jadikan sebagai mushalla (tempat shalat)”. Rasulullah s.a.w menjawab, “Insya Allah aku akan memenuhi permohonanmu”. Kata Itban : “Esoknya Rasulullah s.a.w datang ke rumah saya bersama dengan Abu Bakr sehabis tengah hari. Rasulullah s.a.w mohon izin untuk masuk, lalu saya pun menyilahkannya. Beliau tidak duduk sampai beliau masuk ke rumah, lalu beliaubertanya : ‘Mana tempat yang kau inginkan untuk aku tempati shalat di rumahmu ini’?” Kata Itban : “Saya menunjuk ke salah satu sudut di dalam rumah saya, kemudian Rasulullah s.a.w berdiri lalu bertakbir, dan kami pun berdiri dengan membentuk shaf. Rasulullah s.a.w melakukan shalat dua rakaat dan mengakhirinya dengan salam”. Kata Itban : “Kami menyilahkan Rasulullah s.a.w tinggal sejenak untuk mencicipi kharizah (jenis makanan) yang telah kami persiapkan untuk beliau”. Kata Itban : “Beberapa orang anggota keluarga berkumpul di rumah kami, lalu salah seorang dari mereka menanyakan, ‘Mana Malik bin Dukhaisyin atau putra Dukhaisyin?’ Ada seorang yang menjawab, ‘Dia orang munafik yang tidak menyukai Allah dan Rasul-Nya’.” Rasulullah s.a.w bersabda, ‘Jangan berkata seperti itu! Bukankah Malik bin Dukhaisyin sudah mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan mengharap ridha Allah?’. Orang tersebut menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu’. Kata Itban : “Kami menganggap Rasulullah s.a.w dengan nasehatnya itu menguntungkan orang-orang munafik. Rasulullah s.a.w bersabda, ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang telah mengucapkan Laa ilaaha illallaah dengan mengarap keridhaan Allah semata’.6
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 425)
33
Bolehkah membongkar kuburan orang-orang musyrik masa Jahiliyah, lalu di tempat itu didirikan masjid?

271.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menuturkan gereja yang pernah mereka lihat di Ethiopia (Habasyah) yang di dalamnya terdapat beberapa gambar/lukisan. Keduanya menuturkan hal itu kepada Nabi s.a.w, kemudian beliau bersabda : “Apabila salah seorang pemimpin mereka mati, mereka mendirikan tempat peribadatan di atas kuburnya dan memasang gambar-gambar/lukisa-lukisan tersebut disitu. Mereka adalah orang yang paling jelek pada hari kiamat.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 427)
272.
Diriwayatkan dari Anas r.a, dia berkata : Ketika Nabi s.a.w tiba di Madinah, beliau berhenti di tempat yang tinggi di Madinah di perkampungan suku Amru bin Auf. Nabi s.a.w menetap di situ selama 14 malam. Setelah itu Nabi s.a.w mengirim utusan kepada Bani Najjar, lalu mereka pun berdatangan dengan menyandang pedang. Sepertinya saya melihat Nabi s.a.w berada di atas unta dan di belakang beliau ada Abu Bakr (yang dibonceng oleh Nabi s.a.w), sedangkan orang-orang dari Bani Najjar berada di sekeliling beliau, sampai beliau menghentikan untanya di halaman rumah Abu Ayyub. Nabi s.a.w selalu senang segera melakukan shalat jika telah tiba waktunya. Beliau pernah melakukan shalat di atas tanah bekas kandang kambing. Beliau menyuruh membangun masjid. Rasulullah s.a.w mengutus seseorang untuk mengundang orang-orang suku Najjar. Beliau bertanya : “Wahai suku Najjar! Berilah harga tanah kalian ini untuk aku beli!” Mereka menjawab : “Demi Allah, tidak usah. Kami tidak meminta harganya, kami hanya menginginkan ridha Allah”. Kata Anas : Saya katakan kepada kalian bahwa di tanah tersebut banyak kuburan orang-orang musyrik, tanahnya tidak rata dan di situ terdapat pohon-pohon kurma. Nabi s.a.w menyuruh membongkar kuburan orang-orang musyrik tersebut, lalu tanahnya yang terjal itu pun diratakan, dan pohon-pohon kurma di situ ditebangi, dan pohon-pohon kurma hasil tebangan itu dipergunakan untuk dinding masjid di arah kiblat, sedangkan dinding yang samping mereka buat dari batu. Mereka mengangkut batu bersama-sama dan Nabi s.a.w pun turut berpartisipasi sambil mendendangkan bait puisi (yang artinya) : “Ya Allah! Kebaikan sejati adalah kebaikan akhirat. Karena itu, ampunilah orang-orang Anshar dan orang-orang Muhajirin!”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 428)
38
Perempuan tidur di masjid

277.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, bahwa Walidah yang berkulit hitam adalah perempuan milik salah satu suku Arab, kemudian mereka memerdekakannya namun dia tetap tinggal bersama mereka. Kata Aisyah : Suatu ketika, ada seorang gadis kecil dari suku tersebut keluar dengan mengenakan selendang kulit berwarna merah dengan dihiasi batu-batu berharga. Kata Aisyah : Kemudian batu berharga tersebut dia letakkan atau terjatuh, lalu ada seekor burung di dekat batu berharga yang terjatuh itu kemudian dia menyambarnya karena dikiranya daging. kata Aisyah : Mereka mencari batu berharga tersebut namun tidak mereka temukan, lalu mereka menuduh Walidah mencuri batu itu. Mereka menggeledah bahkan sampai memeriksa kemaluan Walidah. Kata Walidah, “Demi Allah! Ketika saya masih berdiri bersama mereka, tiba-tiba burung yang telah menyambar batu tadi datang lagi dan menjatuhkan batu tersebut di depan mereka”. Kata Walidah, “Inilah batu yang tadi kalian menuduh saya telah mencurinya dan sekarang telah terbukti bahwa saya tidak mencurinya”. Kata Aisyah : Setelah itu Walidah mendatangi Rasulullah s.a.w dan dia masuk Islam. Kata Aisyah r.a : Walidah memiliki tenda atau bilik kecil di masjid. Kata Aisyah r.a : Walidah duduk bersama saya, dia senantiasa mendendangkan seuntai bait puisi (yang artinya), “Peristiwa selendang kulit itu salah satu keajaiban Tuhanku. Dia telah menyelamatkan aku dari orang-orang kafir itu.” Aisyah r.a bertanya kepada Walidah : “Mengapa setiap kali kamu duduk bersama saya selalu kau senandungkan bait puisi itu?” Kata Aisyah : Kemudian Walidah menceritakan kepada saya apa yang telah dialaminya seperti yang telah disebutkan itu.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 439)
39
Laki-laki tidur di masjid

278.
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d r.a, dia berkata : Suatu ketika Rasulullah s.a.w berkunjung ke rumah Fathimah, namun beliau tidak menemukan Aliy di rumah itu. Rasulullah s.a.w bertanya : “Dimana suamimu?” Fathimah menjawab : “Ada masalah antara saya dengan dia, lalu dia marah kemudian keluar tanpa tidur siang di rumah ini”. Rasulullah s.a.w mengutus seseorang : “Carilah Aliy!” Kemudian orang tersebut datang dengan berita : “Ya Rasulullah! Aliy sedang tidur di masjid”. Rasulullah s.a.w kemudian mendatangi Aliy ketika dia sedang berbaring terkena debu dengan kain selendangnya yang lepas dari lambungnya. Rasulullah s.a.w segera membersihkan debu pada tubuh Aliy dengan mengatakan : “Bangunlah, hair orang yang terkena debu! Bangunlah, hai orang yang terkena debu!”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 441)
40
Apabila seseorang masuk masjid, hendaklah dia kerjakan shalat sunah tahiyyatul masjid dua rakaat

279.
Diriwayatkan dari Abu As-Sulamiy r.a, bahwa Rasulullah s.a.w pernah bersabda : “Apabila seseorang memasuki masjid hendaklah dia mengerjakan shalat sunah tahiyyatul masjid dua rakaat sebelum dia duduk.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 444)
41
Bangunan masjid Nabi s.a.w.

280.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, dia berkata : Masjid pada masa Rasulullah s.a.w dibangun dari batu bata dengan atap dari daun-daun kurma dan tiangnya dari batang pohon kurma. Abu Bakr tidak mengubah masjid Nabi s.a.w itu sama sekali. Umar memperluasnya dengan menggunakan bahan-bahan bangunan seperti yang dipergunakan oleh Rasulullah s.a.w, yaitu batu bata, daun kurma dan tiangnya dari kayu. Kemudian Utsman mengubahnya dengan perluasan yang berarti dengan membuat dindingnya dari batu ukir dan kapur, tiangnya dari batu ukir, serta atapnya dari kayu jati.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 446)
42
Gotong royong dalam membangun masjid

281.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy r.a, bahwa pada suatu hari dia bercerita sampai menuturkan pula tentang pembangunan masjid Nabi s.a.w. kata Abu Sa’id: Ketika itu kami masing-masing mengangkut batu bata satu-satu, sedangkan Ammar membawa batu bata dua-dua, lalu Ammar dilihat oleh Nabi s.a.w, kemudian beliau membersihkan debu dari diri Ammar seraya bersabda, “Kasihan Ammar ini, dia akan dibunuh oleh kelompok orang-orang durhaka. Ammar mengajak mereka ke surga, tetapi mereka mengajak Ammar ke neraka”. Kata Abu Sa’id : Ammar mengatakan, “Aku berlindung kepada Allah dari segala fitnah.”7
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 447)
43
Pahala orang yang membangun masjid

282.
Diriwayatkan dari Utsman bin Affan r.a, dalam menanggapi komentar orang-orang ketika dia membangun masjid Rasulullah s.a.w. Kata Utsman : “Kalian berbicara terlalu berlebihan. Saya pernah mendengar Nabi s.a.w bersabda, ‘Siapa yang membangun masjid hanya karena mengharap ridha Allah, Allah akan membangunkan untuknya sebuah tempat yang serupa di surga’.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 450)
44
Membawa anak panah ketika lewat di masjid

283.
Diriwayatkan dari jabir bin Abdullah r.a, dia berkata : Ada seorang laki-laki lewat di masjid dengan membawa anak panah, kemudian Rasulullah bersabda kepadanya, “Genggamlah/peganglah pada bagian ujungnya (agar tidak mencemaskan orang-orang di masjid).”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 451)
45
Lewat di masjid

284.
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah bersabda : “Siapa yang lewat di masjid kami atau di pasar-pasar kami dengan membawa anak panah, hendaklah dia memegang anak panah itu pada bagian ujungnya agara dia tidak membuat cemas muslim yang lain.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 452)
46
Berpuisi di masjid

285.
Diriwayatkan dari Hassan bin Tsabit Al-Anshariy r.a, bahwa dia pernah meminta kesaksian Abu Hurairah r.a. : “Saya meminta kesaksian darimu dengan nama Allah, apakah kamu pernah mendengar Nabi s.a.w bersabda, ‘Hai Hassan! Lantunkan puisi untuk membela Rasulullah s.a.w dalam mengalahkan puisi orang-orang kafir! Ya Allah! Dukunglah Hassan dengan Ruh Al-Qudus’! Abu Hurairah r.a. menjawab, “Ya.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 453)
47
Pelempar tombak hadir di masjid

286.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, dia berkata : Pada suatu hari saya melihat Rasulullah s.a.w di depan pintu rumah saya yang ketika itu di masjid ada orang-orang Habasyah/Ethiopia, sementara Rasulullah s.a.w menutupi/menabiri saya dengan kain selendangnya, sehingga saya dapat melihat permainan tombak mereka. Menurut riwayat lain ... mereka bermain tombak.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 454)
48
Menagih piutang di masjid

287.
Diriwayatkan dari Ka’b bin malik r.a, bahwa dia pernah menagih piutangnya kepada Ibnu Abi Hadrad di masjid. Kedua orang itu bersuara keras, sehingga terdengar oleh Rasulullah s.a.w yang sedang berada di rumah, kemudian Rasulullah s.a.w keluar mendatangi keduanya, sampai beliau membuka tabir kamarnya, lalu beliau bersabda : “hai Ka’b!” Ka’b menjawab : “Labbayk, ya Rasulullah!” Sabda beliau selanjutnya : “Kurangi tagihanmu sekian!” Rasulullah s.a.w berisyarat yang maksudnya kurangi separuhnya! Ka’b menjawab : “Sudah saya lakukan ya Rasulullah!” Rasulullah s.a.w bersabda kepada Ibnu Abi Hadrah : “Berdirilah, lalu lunasi utangmu!”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 457)
49
Menyapu masjid, membersihkan ventilasi, kotoran dan sampahnya

288.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa seorang laki-laki berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid, mati. Rasulullah s.a.w bersabda kepada para jamaah : “Mengapa kalian tidak memberitahuku tentang kematiannya?8 Tunjukan aku dimana kuburnya?” Kemudian Rasulullah s.a.w mendatangi kuburnya lalu beliau menyalati jenazahnya.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 458)
50
Menyampaikan larangan jual beli Khamer (minuman kereas) di masjid

289.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, dia berkata : Setelah diturunkan ayat-ayat tentang riba di surah Al-Baqarah, Nabi s.a.w keluar ke masjid untuk menyampaikannya kepada kaum muslimin, kemudian beliau juga mengharamkan perdagangan khamer.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 459)
51
Tawanan atau orang yang memiliki tanggungan utang diikat di masjid

290.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah bersabda : “Tadi malam jin Ifrit mendatangiku untuk mengganggu shalatku, — atau Rasulullah s.a.w bersabda semakna dengan itu — namun Allah memberiku kemampuan untuk menundukkannya. Aku hendak mengikatnya di salah satu tiang masjid, agar perginya kalian bisa melihatnya, tetapi kemudian aku teringat do’a saudaraku, Sulayman (dalam Al-Qur’an yang artinya) : ‘Ya Tuhanku! Ampunilah aku dan berilah aku kerajaan yang tidak layak dimiliki oleh seseorang sepeninggalku’. (Shaad : 35)
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 461)
52
Kemah di masjid untuk orang sakit dan sebagainya

291.
Diriwayatkan dari Aisyah r.a, dia berkata : Ketika berlangsung perang Khandaq, Sa’d terluka pada urat lengannya, lalu Nabi s.a.w membuatkan tenda untuk merawatnya di masjid agar beliau bisa menjenguknya dari dekat. Di masjid  juga ada tenda lain milik suku Ghifar, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh darah yang mengalir ke tenda mereka. Mereka bertanya, “Hai penghuni tenda! Apa ini yang mengalir dari tenda kalian menuju kepada kami?” Ternyata darah mengucur deras dari luka Sa’d, dan Sa’d pun kemudian meninggal di tenda itu.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 463)
53
Membawa unta ke masjid karena penunggangnya sakit

292.
Diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a, dia berkata : Saya mengadu kepada Rasulullah s.a.w karena sakit. Rasulullah s.a.w bersabda : “Lakukanlah tawaf di belakang orang-orang dengan naik unta”. Saya pun melaksanakan tawaf sesuai perintah Rasulullah s.a.w. Ketika itu Rasulullah s.a.w shalat di sisi Ka’bah dengan membaca surah wath-thuur wa kitaabin masthuur.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 464)
54
Cahaya menuntun dua orang sahabat Nabi s.a.w.

293.
Diriwayatkan dari Anas r.a, bahwa dua orang sahabat nabi s.a.w keluar dari Nabi s.a.w pada malam yang gelap gulita, dengan disertai dua berkas cahaya yang menerangi jalan yang mereka lalui. Setelah keduanya berpisah, masing-masing dari dua itu diterangi oleh seberkas cahaya sampai tiba di rumah masing-masing.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 465)
55
Pintu kecil dan jalan di masjid

294.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy r.a, dia berkata : Suatu ketika Nabi s.a.w berkhotbah. Nabi s.a.w ketika itu bersabda : “Sesungguhnya Allah memberikan pilihan kepada hamba-Nya antara dunia dan pahala di sisi-Nya, kemudian seorang hamba tersebut memilih pahala di sisi Allah”. Abu Bakr r.a menangis. Saya berkata dalam hati : Mengapa Abu Bakr menangis? Jika Allah memberikan pilihan kepada hamba-Nya antara dunia dan pahala di sisi-Nya, lalu seorang hamba tersebut memilih pahala di sisi Allah, tentunya seorang hamba tersebut adalah Rasulullah s.a.w sendiri. Abu Bakr memang orang yang paling paham di antara kami mengenai Islam. Rasulullah s.a.w bersabda : “Hai Abu Bakr! Jangan menangis! Karena orang yang paling dekat dalam persahabatan dengan aku dan dalam mencurahkan hartanya kepadaku untuk Islam adalah Abu Bakr. Seandainya aku menjadikan seorang kekasih dari umatku, niscaya aku memilih Abu Bakr, tetapi persaudaraan dan kasih sayang seorang sesama muslim adalah lebih utama. Tutuplah semua pintu di masjid kecuali pintu Abu Bakr.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 466)
295.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a, dia berkata : Ketika Nabi s.a.w sakit di akhir-akhir hayatnya, Rasulullah s.a.w keluar dengan menutupkan kain pada kepalanya, kemudian beliau duduk di atas mimbar. Setelah memuji dan menyanjung Allah, beliau bersabda, “Sungguh tidak ada orang yang paling setia kepadaku dalam persahabatan dan dalam mencurahkan hartanya selain Abu Bakr bin Abu Quhafah. Seandainya aku menjadikan seorang kekasih dari umat manusia, niscaya aku memilih Abu Bakr sebagai kekasihku, tetapi kecintaan sesama muslim adalah lebih utama. Tutuplah semua pintu kecil di masjid ini, kecuali pintu untuk Abu Bakr.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 467)
56
Pintu-pintu dan kunci-kunci Ka’bah serta masjid

296.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa ketika Nabi s.a.w tiba di Mekkah, beliau memanggil Utsman bin Thalhah untuk membukakan pintu Ka’bah. Kemudian Nabi s.a.w masuk bersama Bilal, Usamah bin Zayd dan Utsman bin Thalhah, lalu pintu Ka’bah dikunci. Nabi s.a.w berada satu jam di dalam Ka’bah, kemudian mereka keluar. Kata Abdullah bin Umar : Saya segera bertanya kepada Bilal (tentang apa yang diperbuat oleh Rasulullah s.a.w di Ka’bah). Bilal menjawab, “Rasulullah mengerjakan shalat di dalamnya”. Saya tanyakan lagi, “Di bagian mana?” Bilal menjawab, “Di antara dua pilar”. Kata Abdullah bin Umar : Saya lupa, tidak menanyakan kepada Bilal berapa rakaat Rasulullah s.a.w melakukan shalat di Ka’bah.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 468)
57
Mengkaji agama di masjid

297
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, dia berkata : Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi s.a.w ketika beliau berada di atas mimbar, “Bagaimana shalat sunah pada malam hari itu?” Rasulullah s.a.w menjawab, “Lakukanlah dua rakaat, dua rakaat, dan apabila kamu khawatir tibanya waktu subuh, maka lakukanlah salah sunah satu rakaat sebagai penutup dan penggasal salat sunah yang telah kau lakukan”. Abdullah bin Umar mengatakan : Akhirilah salat sunahmu di malam hari dengan witir (bilangan rakaat yang gasal), karena Nabi s.a.w mengajarkan demikian itu.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 472)
58
Berbaring di masjid

298.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Zayd Al-Anshariy r.a, bahwa dia pernah melihat Rasulullah s.a.w berbaring di masjid dengan menindihkan salah satu kakinya pada yang lain.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 475)
59
Shalat di masjid pasar

299.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah bersabda : “Shalat dengan berjamaah adalah 25 kali lipat dibanding dengan shalat sendirian di rumah atau di pasar. Apabila seseorang berwudhu dengan menyempurnakan wudhunya, kemudian dia pergi ke masjid tanpa tujuan lain kecuali shalat, maka pada setiap langkahnya, Allah memberinya satu pahala dan menghapus satu dosanya sampai dia masuk ke masjid. Apabila dia sudah masuk ke masjid selama dia menunggu pelaksanaan shalat jamaah dia dihitung sama dengan melakukan shalat dan para malaikat pun memohonkan rahmat untuknya selama dia berada di tempat yang akan dia tempati untuk shalat sambil menunggu pelaksanaan shalat jamaah. Para malaikat berdo’a : ‘Ya Allah! Ampunilah dia dan berilah dia rahmat!’ Demikian itu selama dia tidak berhadas dan tidak bercakap-cakap.”
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 477)
60
Menangkupkan jari-jari di dalam masjid

300.
Diriwayatkan dari Abu Musa r.a, bahwa Nabi s.a.w pernah bersabda : “Sesungguhnya orang mukmin yang satu dengan yang lain bagaikan sebuah bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan”. Beliau sambil menangkupkan jari-jari kedua tangannya.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 481)
301.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Suatu ketika Rasulullah s.a.w mengimami kami shalat Isya dan ketika baru mendapat dua rakaat beliau salam. Kemudian Rasulullah s.a.w berdiri dengan bersandar pada sebatang kayu yang melintang di dalam masjid dengan tampak marah. Rasulullah s.a.w meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya dan menempelkan pipi kanannya pada punggung telapak tangan kirinya. Orang-orang segera keluar melalui pintu-pintu masjid sambil tertanya-tanya : “Apakah shalat Isya dikurangi rakaatnya?” Di tengah orang-orang itu terdapat Abu Bakr dan Umar, namun keduanya merasa segan untuk menanyakan hal itu kepada Rasulullah s.a.w. Di antara orang-orang itu ada seseorang yang bertangan panjang yang dijuluki Dzul yadayn. Dzul yadayn bertanya : “Ya Rasulullah! Apakah Anda tadi lupa ataukah memang shalat Isya dikurangi rakaatnya?” Rasulullah s.a.w menjawab : “Aku tidak lupa dan shalat Isya juga tidak dikurangi rakaatnya”. Rasulullah s.a.w bertanya : “Benarkah kata Dzul yadayn?” Orang-orang menjawab : “Benar”. Kemudian Rasulullah berdiri lagi untuk melengkapkan jumlah rakaat yang belum terjalani. Setelah salam beliau bertakbir untuk bersujud (sahwi) sebagaimana sujud biasanya atau lebih lama, lalu beliau mengangkat kepala dengan bertakbir, setelah duduk beliau bertakbir lagi untuk bersujud (sahwi yang kedua kalinya) seperti sujud biasanya atau lebih lama, kemudian beliau mengangkat kepala dengan bertakbir, lalu mengucapkan salam.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 482)
61
Masjid dan tempat-tempat shalat Nabi s.a.w di jalan-jalan Madinah

302.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa dia mengerjakan shalat di beberapa tempat dalam perjalanan. Abdullah bin Umar mengatakan bahwa dia pernah melihat Nabi s.a.w melakukan shalat di tempat-tempat tersebut.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 483)
303.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa dalam perjalanan umrah dan haji Rasulullah s.a.w pernah singgah di Dzul Hulayfah di bawah pohon Samurah di sekitar tempat shalat yang ada di Dzul Hulayfah. Ketika Rasulullah s.a.w pulang dari peperangan, umrah atau haji, beliau menuruni lembah di jalan itu. Sesudah sampai di lembah itu beliau menghentikan untanya di aliran air di bagian timur lembah, lalu beliau beristirahat di situ sampai pagi. Di tempat itu tidak ada masjid yang dibangun dari batu dan tidak ada pula masjid di atas bukit. Di situ ada sebidang tanah yang menjorok yang di tengahnya ada tumpukan pasir yang ditempati oleh Abdullah bin Umar untuk shalat. Rasulullah s.a.w pernah melakukan shalat di tempat itu, namun tempat yang dipergunakan shalat oleh Abdullah bin Umar itu akhirnya hanyut dan tenggelam karena terkena aliran air.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 484)
304.
Abdullah bin Umar r.a, menuturkan bahwa Nabi s.a.w pernah mengerjakan shalat di suatu masjid kecil, lebih kecil daripada masjid yang ada di bagian atas Rawha’. Abdullah bin Umar mengetahui tempat yang dipergunakan shalat oleh Nabi s.a.w tersebut. Kata Abdullah bin Umar : Di sanalah masjid itu, di sebelah kananmu ketika kamu mengerjakan shalat di masjid dalam perjalanan ke Mekkah, yaitu di tepi jalan bagaian kanan jarak antara masjid yang lebih besar yang biasa kau tempati untuk shalat dalam perjalanan ke Mekkah itu dengan masjid kecil yang pernah ditempati shalat oleh Rasulullah s.a.w sejauh lemparan batu atau semisal dengan itu.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 485)
305.
Abdullah bin Umar r.a pernah mengerjakan shalat di suatu bukit di pinggiran Rawha’. Bukit tersebut ujungnya berada di tepi jalan yang di dekatnya ada sebuah masjid antara bukit dengan pinggiran Rawha’ ketika kamu pergi ke Mekkah. Di tempat itu telah dibangun sebuah masjid, namun Abdullah bin Umar tidak mengerjakan shalat di masjdi itu. Abdullah bin Umar meninggalkan masjid itu dari arah kiri dan belakangnya, lalu dia mengerjakan shalat di depan masjid itu, yakni di atas bukit. Ketika pulang dari Rawha’ Abdullah bin Umar tidak melakukan shalat Zhuhur sehingga dia tiba di tempat itu, baru kemudian dia mengerjakan shalat Zhuhur di situ. Apabila Abdullah bin Umar pulang dari Mekkah melalui jalan itu sebelum Subuh atau menjelang fajar, dia beristirahat di tempat itu sampai dia melakukan shalat Subuh.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 486)
306.
Abdullah bin Umar r.a menuturkan bahwa Nabi s.a.w pernah singgah di bawah pohon besar di dekat Ruwaytsah di sebelah kanan jalan dan menghadap ke jalan yang lebar ditempat yang lapang. Rasulullah s.a.w melanjutkan perjalanan hingga meninggalkan perbukitan sejauh 2 mil dari Ruwaytsah. Tempat itu bagian atasnya telah pecah sehingga miring ke jurangnya dengan berada di atas saluran air yang di dalamnya terdapat gundukan pasir yang banyak.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 487)
307.
Abdullah bin Umar r.a menuturkan bahwa Nabi s.a.w pernah mengerjakan shalat di ujung suatu saluran air di belakang ‘Arj dalam perjalanan menuju Hadhbah. Di dekatnya ada 2 atau 3 kuburan. Di atas kuburan tersebut ada tumpukan batu di sebelah kanan jalan yang di dekatnya ada bebetuan. Ketika Abdullah bin Umar r.a pulang dari ‘Arj setelah matahari condong sedikit ke barat, dia beristirahat di bebatuan di jalan itu, kemudian dia mengerjakan shalat Zhuhur di situ.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 488)
308.
Abdullah bin Umar r.a menuturkan : Rasulullah s.a.w pernah singgah di pepohonan di sebelah kiri jalan di saluran air dekat Harsya. Saluran air tersebut bersambung dengan ujung Harsya yang jaraknya dengan jalan kira-kira satu lemparan anak panah. Abdullah bin Umar r.a pernah mengerjakan shalat di bawah sebuah pohon yang tertinggi, yaitu pohon yang terdekat dengan jalan.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 489)
309.
Abdullah bin Umar r.a menuturkan bahwa Nabi s.a.w pernah singgah di saluran air di dekat Marr Aaz-Zharan yang menghadap ke Madinah. Ketika beliau pulang dari Shafrawat, beliau singgah di lembah sebelah kiri jalan di saluran air tersebut pada jalur menjuju ke Mekkah, jarak antara tempat persinggahan Rasulullah tersebut dengan jalan sejauh lemparan batu.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 490)
310.
Abdullah bin Umar r.a menuturkan : Ketika Rasulullah s.a.w mendekati Mekkah, beliau singgah di Dzi Thuwa dan bermalam di situ sampai pagi, kemudian beliau mengerjakan shalat Subuh di situ pula. Tempat shalat Rasulullah s.a.w tersebut berada di atas bukit besar, bukan di lokasi yang di hari kemudian dibangun masjid, melainkan di tempat yang lebih rendah, di atas bukit besar.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 491)
311.
Abdullah bin Umar r.a menuturkan bahwa Nabi s.a.w menghadap kedua celah sebuah gunung yang mengarah ke Ka’bah yang celah tersbut terletak di antara Nabi s.a.w dengan gunung yang tinggi. Rasulullah s.a.w manjadikan tempat itu untuk shalat yang di hari kemudian di situ dibangun masjid di sebelah kiri tempat shalat Rasulullah s.a.w tersebut di ujung bukit. Tempat shalat Rasulullah lebih rendah daripada lokasi masjid yang dibangun itu yang berada di atas bukit hitam. Jarak antara tempat shalat Rasulullah s.a.w tersbut dengan bukit kira-kira 10 hasta. Lakukanlah shalat di situ dengan menghadap kedua celah gunung yang berada di antara kamu dengan arah Ka’bah.
(Hadits shahih Imam Bukhari, nomor hadits : 492)



This is a record of the prayer quoted from http://www.islamtomorrow.com
Salaat (Prayer) is one of the main obligations which Allah (subhanahu wa ta'ala) has ordained on His servants. It is the first act of worship decreed on the Muslim Nation (Ummah) by Allah (subhanahu wa ta'ala) and was ordained on the night of the Prophet's (peace be upon him) ascension to the seven heavens. It is the second of the five pillars of Islam after the proclamation of the "Shahada" (the words of witness).
It is enjoined on the Muslims as an obligatory act by Allah (subhanahu wa ta'ala) as can be noted from the following verses of the Holy Qur'an:“ Establish regular prayers at the sun's decline till the darkness of the night, and the morning prayer” (Qur'an 17:78). In another verse Allah (subhanahu wa ta'ala) says:“ And establish regular prayers at the two ends of the day and at the approaches of the night” (Qur'an 11:1 14).
The importance of the Salaat has also been explicitly expressed by Allah's Messenger (peace be upon him), as can be noted from the following sayings:“ What lies between a perfect man and disbelief is the leaving of prayer” (Related by Imams Ahmed and Muslim).
The Prophet (peace be upon him) also said:“ The obligation which separates us from them (the non-believers) is the prayer and he who renounces it becomes a disbeliever” (Related by Imams Ahmed and Muslim).
The above quoted Qur'anic commands by Allah (subhanahu wa ta'ala) and the honored sayings of the Prophet (peace be upon him) clearly indicate the importance of Salaat such that it is unanimously agreed by all Muslim scholars that renouncing it is regarded an act of disbelief (Kufr).
The Virtues Of Prayer
Salaat (Prayer) performed genuinely with humility and submission to Allah (subhanahu wa ta'ala) has unlimited virtues and benefits. It is the noblest expression of faith and the surest way of thanking Allah (subhanahu wa ta'ala) for His unlimited favors. It is the way to obtaining Allah's mercy, generosity, kindness, blessings and a sure way to paradise. Allah (subhanahu wa ta'ala) says in the Holy Qur'an:“ Prosperous indeed are the believers who are humble in their prayers” (Qur'an 23:1-2).
It is a deliverance on the Day of Judgement for those who used to observe it well. The Prophet (peace be upon him) says:“ The first thing that the servant of Allah (subhanahu wa ta'ala) will be called to account for on the Day of Judgement will be the prayer; and if it was good the person's deeds will have been good, but if it was bad, the person's deeds will have been bad” (Reported by Imam Bukhari).
Prayer purifies the soul, refines the character and inculcates in man the excellent virtues of truthfulness, honesty and modesty. It keeps one who performs it from falsehood and from all forbidden actions as is categorically confirmed by the following verse of the Holy Qur'an:“ Verily, prayer refrains from indecency and evil” (Qur'an 29:45).

Quoted from : http://www.islamtomorrow.com


1 Penjual mengatakan : “Jika kamu menyentuh pakaianku, maka kamu harus membeli barang daganganku (tanpa mengetahui kondisi barang tersebut).
2 Wol polos tanpa gambar.
3 Misalnya seseorang ragu-ragu dalam shalat Asar, apakah dia sudah menjalani dua rakaat ataukah tiga rakaat, maka yang dianggap benar adalah dua rakaat, berarti masih kurang dua rakaat lagi dan dia disunahkan bersujud sahwi dua kali sujud.
4 Sujud sahwi dilakukan seusai membaca tahiyat akhir. Jika sesudah salam baru teringat bahwa dia belum bersujud sahwi, maka sujud sahwi dilakukan sesudah salam itu.
5 Saat itu lantai masjid berupa tanah biasa, maka ludah akan hilang dengan diuruk atau dipendam.
6 Indikatornya adalah menjalani semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
7 Fitnah dengan arti perah saudara sesama muslim, pembunuhan, malapetaka dan ujian hidup yang lain.
8 Mereka menganggap orang tersebut hanya sebagai penyapu yang tidak terhormat, sehingga mereka tidak melaporkan kematiannya kepada Rasulullah s.a.w, maka mereka ditegur oleh Rasulullah s.a.w.

0 komentar:

Post a Comment

Situs ini menerapkan “Dofollow Site Comment System”
Beri komentar sebanyak-banyaknya yang tentunya akan membawa manfaat pula bagi perkembangan blog/situs Anda. Namun komentar Anda harus dengan syarat :

1. Tidak mengandung Spam, SARA, Pornografi;
2. Komentar harus ada kaitannya dengan materi yang dibahas
dalam posting;
3. Tidak berisi link aktif di dalam badan komentar.

Selamat berkomentar dan semoga bermanfaat bagi perkembangan blog/situs Anda.

Terima kasih.